Skip to main content

2011-12-05 Filosofi

Muhammad-Anis-Matta1.jpg

Tidak ada pahlawan sejati yang besar yang tidak mempunyai struktur filosofi yang solid dan kuat. Filosofi adalah  sebuah  ruang kecil dalam kepribadian kita darimana  seluruh tindakan  diarahkan  dan  dikontrol.  Tindakan-tindakan  kepahlawanan  selalu  lahir dari  pikiran-pikiran  kepahlawanan.  Orang-orang  yang  tidak  mempunyai  pikiran-pikiran  besar  tidak  akan  pernah  terarahkan  untuk  melakukan  tindakan-tindakan kepahlawanan.

Filosofi  adalah  kerangka  pikiran  yang  terbentuk  sedemikian  rupa  dalam  diri  kita  dan berfungsi  memberi  kita  ruang  bagi  semua  tindakan  yang  “mungkin”  kita  lakukan. Semakin  luas  “kerangka  berpikir”  itu,  semakin  luas  pula  “wilayah  tindakan”  yang mungkin  kita  lakukan.  Saya  menyebutnya  “wilayah  kemungkinan”.  Setiap  tindakan yang  mempunyai  wujud  dalam  pikiran  kita  akan  segera  masuk  dalam  wilayah kemungkinan. Pada  saat  sebuah  tindakan masuk  dalam wilayah kemungkinan  itu, kita akan segera merasakan sesuatu yang ingin saya sebut sebagai “perasaan berdaya”. Yaitu semacam  keyakinan  yang  menguasai  jiwa  kita  bahwa  kita  “mampu”  melakukannya.

Keyakinan  itu  saja  sudah memadai  untuk merangsang  dorongan  dari  dalam  jiwa  kita untuk  melakukannya.  Begitulah  akhirnya  “tekad”  terbentuk.  Dan  tekad  seperti  ini adalah “power” karena ia lahir dari perasaan berdaya.

Filosofi  terbentuk dalam diri kita sebagai kumulasi dari kerja-kerja  imajinatif. Adapun imajinasi  itu  sendiri  merupakan  bagian  dari  fungsi  pikiran  dan  emosi  sekaligus.  Itu merupakan  proses  yang  paling  sublim  dalam  diri  kita,  tetapi  sekaligus  merupakan tahapan kreativitas yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian kita. Seperti ketika  kita menyusun  kata menjadi  kalimat,  atau memadukan warna menjadi  gambar, atau menyerap  selera  ke  dalam  desain,  seperti  itulah  imajinasi mempertautkan  anak-anak pikiran menjadi sebuah filosofi.

Sebagian  dari  yang  terekam  dalam  filosofi  itu  adalah  cara  memaknai  suatu  sisi kepahlawanan. Misalnya, cara Khalid bin Walid memaknai  jihad atau peperangan yang menjadi  sisi  kepahlawannya.  Ia  pernah mengatakan,  “Berada  pada  suatu malam  yang sangat  dingin  untuk  berjihad  di  jalan  Allah  lebih  aku  senangi  daripada mendapatkan hadiah seorang pengantin perempuan cantik di malam pengantin.”

Atau misalnya, cara ‘Amr bin  ‘Ash memaknai keterampilan politik seorang pemimpin: “Jika  seorang pemimpin  tahu bagaimana memasuki suatu urusan, maka  ia harus  tahu juga  bagaimana  cara  keluar  dari  urusan  itu.  Sesempit  apapun  jalan  keluar  yang tersedia.“

Atau misalnya,  cara Umar  bin Khattab memaknai  akseptibilitas  seorang  pemimpin  di mata  Allah  dalam  sebuah  pesannya  kepada  para  pejabat  di  masa  kekhalifahnnya, “Ketahuilah  kedudukan Anda  di mata Allah  dengan  cara melihat  tingkat  penerimaan masyarakat kepada Anda.“

Akan tetapi, filosofi  juga membicarakan harapan-harapan kita, arti kehormatan, sumber motivasi, apa-apa yang kita suka dan benci, proses pemaknaan terhadap sesuatu, fungsi keterampilan kepribadian, dan seterusnya. Pada akhirnya apa digambarkan oleh filosofi itu adalah keseluruhan kepribadian kita. Dan itulah kunci kepribadian kita.


sumber: hasanalbanna.id