Skip to main content

2011-12-15 Vitalitas

Muhammad-Anis-Matta1.jpg

Para  pahlawan  mukmin  sejati  selalu  unggul  dalm  kekuatan  spiritual  dan semangat hidup. Senantiasa ada gelombang gairah kehidupan yang bertalu-talu dalam jiwa mereka. Itulah yang membuat sorot mata mereka selalu tajam, di balik kelembutan sikap  mereka.  Itulah  yang  membuat  mereka  selalu  penuh  harapan  di  saat  virus keputusasaan mematikan semangat hidup orang lain. Itulah vitalitas.

Tidak  pernahkah  kesedihan  menghingggapi  hati  mereka?  Tidak  adakah  jalan  bagi ketakutan  menuju  jiwa  mereka?  Pernahkah  mereka  tergoda  oleh  keputusasaan  untuk mengendurkan  diri  dari  pentas  kepahlawanan?  Adakah  di  saat-saat  dimana  mereka merasa  lemah,  cemas,  dan  merasa  tidak  mungkin  memenangkan  pertempuran?

Para  pahlawan  itu  tetaplah  manusia  biasa.  Semua  gejala  jiwa  yang  dirasakan  oleh manusia biasa  juga dirasakan para pahlawan. Ada saat dimana mereka sedih. Ada saat dimana  mereka  takut.  Jenak-jenak  kelemahan,  keputusasaan,  kecemasan,  dan keterpurukan juga pernah mendera jiwa mereka.

Tapi yang membedakan dengan manusia biasa adalah bahwa mereka selalu mengetahui bagaimana  mempertahankan  viatalitas,  bagaimana  melawan  ketakutan-ketakutan, melawan  kesedihan-kesedihan,  bagaimana  mempertahankan  harapan  di  hadapan keputusasaan,  bagaimana  melampaui  dorongan  untuk  menyerah  dan  pasrah  di  saat kelemahan  mendera  jiwa  mereka.  Mereka  mengetahui  bagaimana  melawan  gejala kelumpuhan jiwa.

Vitalitas  hidup  biasanya  di  bentuk  dari  paduan  keberanian,  harapan  hidup,  dan kegembiraan  jiwa. Tapi ketiga hal  ini dibentuk paduan keyakinan-keyakinan  iman dan talenta kepahlawanan dalam diri mereka. Dari  sini  saya kemudian menemukan  bahwa para pahlawan mukmin  sejati  selalu memilki  tradisi  spiritual yang khas. Mereka mempunyai  kebiasaan-kebiasaan  yang  khas  di  bentuk  oleh  keyakinan  yang  unik terhadap  keghaiban.  Dengan  cara  itu  mereka  mereka  mempertahankan  stamina perlawanan  yang  konstan.  Kebiasaan-kebiasaan  yang  khas  itu  biasanya  berbentuk ibadah mahdhah,  tapi  biasanya  disertai  dengan  perilaku-perilaku  tertentu  yang  sangat pribadi. Misalnya dua contoh berikut ini :

Dalam  suatu peperangan kaum Muslimin menemukan  betapa kekuatan  Ibnu Taimiyah melampaui para mujahidin  lainnya. Mereka pun menanyakan  rahasia kekutan  itu pada Ibnu Taimiyah. Beliau menjawab: “Ini adalah buah dari Ma’tsurat yang selalu saya baca di  pagi  hari  setelah  shalat  subuh  sampai  terbitnya matahari.  Saya  selalu menemukan kekuatan yang dahsyat setiap setelah melakukan wirid itu Tapi jika suatu saat saya tidak melakukannya, saya akan merasa lumpuh pada hari itu.”

Suatu saat, dalam perang Yarmuk, Khalid bin Walid menyuruh dengan marah beberapa pasukannya  untuk mencari  topi  perangnya  yang  hilang  dari  kepalanya. Beberapa  saat kemudian  pasukannya  muncul  dan  melaporkan  kalau  topi  Khalid  tidak  berhasil ditemukan.  Khalid  pun  marah  dan  menyuruh  mereka  mencari  kembali.  Akhirnya mereka menememukannya. Tapi Khalid merasa perlu menjelaskan sikapnya yang unik itu.  “Dibalik  topi  perang  saya  ini  ada  beberapa  helai  rambut Rasulullah  SAW. Tidak pernah  saya memasuki  suatu  peperangan  dan memakai  topi  ini melainkan  pasti  saya merasa yakin bahwa Rasulullah SAW selalu mendoakan kemenangan bagi saya.”


sumber: hasanalbanna.id