Skip to main content

2012-01-29 Posisi Ushul ‘Isyrin dalam Risalah Ta’alim

Abdullah-bin-Qasim-Al-Wasyli..jpg

Dua puluh prinsip pemahaman yang hendak kami jelaskan dalam syarah ini termasuk tema terpenting risalah ini. Bahkan ia adalah yang paling urgen, karena ia meletakkan fondasi utama yang mendasari selruuh rukun perjuangan Islam yang benar yaitu pemahaman. Allah Swt. telah memerintahkan agar hamba-hamba-Nya menyandang sifat paham sebelum mereka mengenalnya, dalam firman-Nya, maka ketahuilah bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah (Muhammad:19). Surat pertama yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad Saw. diawali dengan ajakan menyandang sifat paham terlebih dahulu. Yaitu dalam firman-Nya, Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan (Al ‘Alaq:1).a

Di kalangan penganut Islam telah benar-benar dipahami bahwa ilmu leibh diutamakan disbanding dengan amal. Amal apa pun yang dikerjakan tanpa didasarkan kepada ilmu pengetahuan dan petunjuk dari Allah Swt. maka ia tertolak. Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak didasarkan kepada perintah kami, maka amalan itu tertolak. (Mutafaq alaih)[1]

Pendasaran pada ilmu dan pengaturan amal berdasar pemahaman yang jelas, tidak termasuk bid’ah dalam agama ini.

Jika Anda telah memahami hal ini, maka ketahuilah bahwa Imam Syahid Al Banna rahimahullah telah mendapatkan taufik yang sebaik-baiknya untuk meuangkan prinsip-prinsip tersebut di abad ini. Sebagaimana para mujtahidin sebelumnya juga telah mendapatkan taufik untuk meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan, problem, dan amal-amal yang sesuai dengan tuntutan zaman dan keadaan. Serta kemaslahatan untuk melindungi Islam dan  pemahaman yang sahih terhadap sumber-sumber hukum dan perundang-undangan sepanjang sejarah, sejak masa sahabat, para tabi’in, hingga zaman kita sekarang. Perbuatan ini tidak termasuk bid’ah dalam Islam. Ia justru merupakan salah satu uhal yang Allah gunakan untuk melindungi agama ini, agar ia tetap eksis hingga Allah Swt. mewarisi bumi ini berikut siapa saja yang ada di dalamnya.

Allah telah melindungi agama-Nya dengan cara melindungi sumber-sumber hukum dan perundang-undangannya (Al Quran dan Sunah), agar tidak tersentuh oleh perubahan maupun penggantian. Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al Quran itu dan Kami-lah yang melindunginya. (Al Hijr:9)

Disamping itu, juga dengan cara memelihara dan milindungi suatu jenis dari makhluk-Nya yang tetap ada dengan adanya agama ini dan di setiap zaman, hingga Allah mewarisi bumi ini berikut apa saja yang ada di atasnya, yang Allah berikan pemahaman yang benar terhadap sumber-sumber tersebut dan berusaha keras untuk menerapkannya hingga mereka menjadi hujah atas hamba-Nya, sebagai petunjuk riil bagi setiap bangsa bahwa Islam selalu layak dan cocok untuk setiap waktu dan tempat, serta sebagai agama yang diridhai di sisi Tuhan semesta alam hingga hari pembalasan.

Kelompok ini adalah pembela kebenaran yang tidak terpengaruh oleh orang-orang yang menetangnya hingga hari kiamat, sebagaimana disebtukan dalam sejumlah riwayat. Kelompok inilah yang diserahi amah untuk menetapkan pedoman pemahaman yang benar terhadap sumber-sumber hukum itu, jalan serta amal sesuai dengan tuntutan hal-hal yang diperintahkan dan ditunjukkan oleh sumber-sumber tersebut.

Berikut ini adalah contoh-contoh yang menjelaskan bahwa amal ini telah dilakukan oleh generasi-generasi pertama dan ditempuh oleh orang-orang besar, kemudian diikuti oelh generasi berikutnya. Khususnya ketika cabang-cabang pemikiran semakin banyak, hawa nafsu semakin dominan, kepentingan mengendalikan perbuatan manusia di tengaah umat ini fdam masyarakat pun tenggelam dlam gelombang fitnah. Pada saat seperti itu, munculullah di tengah umat ini orang yang membingmbing, mengabari petunjuk, dan membuatkan prinsip-prinsip bagi mereka, hingga mereka kembali kepada pedoman yang dipegang teguh oleh generasi pertama dahulu. Sebagai contohnya telah timbul kekhawatiran jika pembacaaan Al Quran dan penerapannya tidak seperti pembacaan dan penerapannya pada saat diturunkan kepada Nabi Muhammas Saw. dan diterima oleh para sahabatnya. Untuk itu Allah menyiapkan orang-orang dari kelompk qura dan hufazh untuk membuat kaidah –kaidah dalam masalah ini, agar masyarakat tidak berbeda-beda pandangan tentangnya hingga mereka binasa karenanya merupakan dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam masalah ini.

Pemikiran dan pemahaman seputar penafsiran Al Quran dan makna yang Allah kehendaki dari hamba-hamba-Nya telah bercabang dan berbeda-beda. Oleh karena itu, Allah menyiapkan orang yang memuat standard an patokan bagi ilmu ini (ilmu tafsir) tentang dasar-dasar untuk menafsirkan dna mengungkapkan makna-maknanya dengan ilmu lain yang mereka sebut sebagai ushulut tafsir. Hawa nafsu dan fanatisme juga teleah maminkan peran besar dalam pengaburan Sunah dan masuknya unsure-unsur lain. Untuk itu Allah menyiapkan orang-orang yang melayani Sunah dan membersihkannya dari unsure-unsur lain, berupa dusta dan pemalsuan. Mereka kemudian membuat kaidah-kaidah yang hingga saat ini para cendikianwan dunia tidak mampu membuat hal yang semacamnya. Mereka menamakan ilmu ini dengan ilmu “Rijaal wa Mushatalahul Hadits”

Terjadi perbedaan pemahaman dalam menggali hukum-hukum syar’I dari Al Quran dan Sunah sehingga sangat jauh dari kebenaran menuruti hawa nafsu dan emosi. Sehingga Allah menyiapkan orang-orang mujtahid yang tulus. Mereka membuat kaidah-kaidah untuk memahami dan mengambil istimbath yang harus dipegang teguh oleh mujtahid yang hendak mempelajari Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya Saw. untuk menggali hukum-hukum syar’i. Mereka menamakan ilmu ini dengan Ushul Fiqh.

Keyakinan juga bercabang-cabang akibat ilmu kalam dan filsafat. Oleh karena itu, Allah menyiapkan orang-orang tetentu untuk mengendalikan supaya cabang itu tidak semakin banyak, yaitu dengan keyakinan ahlusunah wal jamaah, mengembalikan keyakinan-keyakinan mereka kepada dasarnya, dan membatasi mereka pada nash serta tidak melanggarnya.

Telah lahir berbagai propaganda yang memecah-belah umat sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah Saw. menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya di neraka kecuali satu.[2]

Golongan yang satu inilah yang selalu berada di atas kebenaran, setiap waktu dan setiap tempat membuat prinsip-prinsip amaliah untuk mengendalikan langkah dan mengarahkan perjalanan, serta memutuskan berdasar Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya Saw. Hal ini terepresantasikan pada para mujtahidin yang telah Rasulullah sebutkan dalam sabdanya, Sesungguhnya Allah benar-benar akan mengutus di awal tiap-tiap abad orang yang memperbarui untuk umat ini urusan agamnya.[3]

Oleh karena itu, pada setiap abada ada seorang mujtahid yang meletakkan dasar-dasr pemahaman amal islami dan dakwah di masa hidupnya. Di tangannya, tewujudlah banyak kebaikan bagi umat Islam, yang paling menonjol adalah mendekatkan pemahaman, menyatukan perjuangan, dan menyatukan pemikiran agar semua pihak mengarah pada satu hal penting yang diserang oleh musuhnya, sehingga mereka pun selamat dari berbagai ancaman lain yang menimpa mereka selama ini.



[1] Shahih Bukhari 3/241 dan Shahih Muslim 3/1344 dengan lafadz Muslim.

[2] Lihat Jami’ul Usul 10/33. Al Mahsyi mengatakan bahwa diriwayatkan oleh Abu Daud no.4596 tentang Sunnah dan Turmudzi no.242 tentang Iman. Turmudzi mengatakan, “Hadits Abu Hurairah ini hasan shahih.”

[3] Diriwayatkan oleh Abu Daud, Hakim, dan Baihaqi tentang makrifat dari Abu Hurairah r.a. Imam Suyuthi memberikan predikat sahhih dalam Jami’nya. Al Jami’ Ash Shaghir, 72


sumber: hasanalbanna.id