Skip to main content

2011-12-22 Momentum Kepahlawanan

Muhammad-Anis-Matta1.jpg

Seseorang  tidak  menjadi  pahlawan  karena  ia  melakukan  pekerjaan-pekerjaan kepahlawanan  sepanjang  hidupnya.  Kepahlawanan  seseorang  biasanya  mempunyai momentumnya.  Ada  potongan  waktu  tertentu  dalam  hidup  seseorang  dimana  anasir kepahlawanan menyatu-padu. Saat itulah ia tersejarahkan.

Akan tetapi, kita tidak mengetahui kapan datangnya momentum  itu. Yaitu, kematangan pribadi  dan  peluang  sejarah.  Simaklah  firman Allah  SWT,  “Dan  setelah Musa  cukup umur  dan  sempurna  akalnya,  Kami  berikan  padanya  hikmah  (kenabian)  dan pengetahuan….” (Al-Qashash: 14)

Usaha manusiawi  yang  dapat  kita  lakukan  adalah mempercepat  saat-saat  kematangan pribadi  kita.  Ini  jenis  kerja  kapitalisasi  asset  kesejarahan  personal  kita.  Yang  kita lakukan  di  sini  adalah  mengumpulkan  sebanyak  mungkin  potensi  dalam  diri  kita, mengolahnya, dan kemudian mengkristalisasikanya. Dengan cara  ini, kita memperluas “ruang keserbamungkinan” dan sedikitnya membantu kita menciptakan peluang sejarah.

Atau, setidaknya mengantar kita untuk berdiri di pintu gerbang sejarah. Para  pahlawan  mukmin  sejati  tidak  pernah mem-persoalkan  secara  berlebihan masalah peluang sejarah. Kematangan pribadi seperti modal dalam  investasi. Seperti apapun baiknya peluang Anda, hal  itu  tidak berguna  jika pada dasarnya Anda memang tidak  punya modal. Peluang  sejarah  hanyalah  ledakan  keharmonisan  dari  kematangan yang  terabadikan.  Seperti  keharmonisan  antara  pedang  dan  keberanian  dalam  medan perang, antara kecerdasan dan pendidikan formal dalam dunia  ilmu pengetahuan. Akan tetapi,  jika Anda harus memilih  salah satunya, maka pilihlah keberanian  tanpa pedang dalam perang, atau kecerdasan tanpa pendidikan formal dalam ilmu. Selebihnya, biarlah itu  menjadi  wilayah  takdir  dimana  Anda  mengharapkan  datangnya  sentuhan keberuntungan.

Kesadaran  semacam  ini  mempunyai  dampak  karakter  yang  sangat  mendasar.  Para pahlawan  mukmin  sejali  bukanlah  pemimpi  di  siang  bolong,  atau  orang-orang yang berdoa dalam kekosongan dan ketidakberdayaan. Mereka adalah para petani yang berdoa di tengah sawah, para pedagang yang berdoa di tengah pasar, para petarung yang  berdoa  di  tengah  kecamuk  perang. Mereka  mempunyai  mimpi  besar  tetapi pikiran mereka  tercurahkan  sepenuhnya  pada  kerja.  Sekali-kali mereka menatap langit  untuk  menyegarkan  ingatan  pada  misi  mereka.  Namun,  setelah  itu  mereka menyeka keringat dan bekerja kembali.

Wilayah  kerja  adalah  lingkaran  realitas,  sedangkan  wilayah  peluang  adalah  ruang keserbamungkinan. Semakin luas pijakan kaki kita dalam lingkaran kenyataan, semakin besar kemampuan kita mengubah kemungkinan menjadi kepastian, mengubah peluang menjadi pekerjaan, mengubah mimpi menjadi kenyataan. Berjalanlah dengan mantap menuju rumah sejarah. Jika engkau sudah sampai di depan pinlu gerbangnya, ketuklah pintunya dan bacakan pada penjaganya puisi Chairil Anwar:

Aku

Kalau sampai waktuku

Kumau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau……     


sumber: hasanalbanna.id